Belajar di SMP Negeri 3 Pracimantoro ibarat berada di dalam kampus, itulah kesan Suhardi (20 tahun), alumni yang kini masih kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kok? Selain kini fasilitas oke, sekolahnya rindang. Belajar pun nyaman. Nah, pengakuan alumni asal Dusun Pakel Desa Gambirmanis ini pantas dimengerti oleh semuanya. Meski berada di desa terpencil, SMP ini memang tengah bersolek untuk memperindah lingkungan sekolah dengan taman-taman indah.
Nuansa ”Green School” (sekolah hijau) akan terasa begitu Anda menginjakkan kaki di sekolah ini. Mulai dinding pagar, taman-taman. maupun dinding kelas bercat hijau dengan kombinasi kuning. Rasa teduh, rindang, dan nyaman segera hinggap di benak hati pengunjung sekolah ini. Taman sekolah terlihat rapi dengan berbagai tanaman hias yang indah bermanfaat untuk taman baca dan melepas lelah setelah belajar suntuk di dalam kelas. Lingkungan sekolah yang rindang ini tidak terlepas dari visi sekolah yang menempatkan ”Wawasan Lingkungan” sebagai prioritas.
Apa hubungan lingkungan sekolah yang rindang dengan efektivitas belajar? Penyerapan oksigen yang cukup oleh organ pernapasan berdampak pada keteraturan aktivitas hidup. Teori ini banyak diakui oleh para ahli psikologi sebagai learning freedeom (kemerdekaan belajar). Keleluasaan belajar membutuhkan suasana sejuk, tenang, nyaman, dan selalu menyenangkan. Dalam buku Suggestopedia disebutkan bahwa penciptaan suasana yang baik dan menyenangkan hati sangat memudahkan masuknya sugesti, inspirasi, ide-ide kreatif, dan lompatan berpikir yang alami.
Di negara-negara Barat yang maju seperti Kanada misalnya, Teori Suggestopedia ini sangat akurat untuk membangkitkan daya pikir dan stimulus otak kiri. Di berbagai perpustakaan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan, di sana diciptakan suasana layaknya ruang teater yang dilengkapi fasilitas-fasilitas yang merangsang ketertarikan otak. Bagi yang hobi musik boleh bermusik, bagi yang mania film boleh menonton film, bagi yang doyan game boleh mengoperasikan komputer sepuasnya, dan bebas makan-minum ala di restoran.
Penciptaan suasana yang menyenangkan itu kemudian diarahkan dengan mewajibkan setiap pengunjung membaca-baca buku yang menarik hatinya. Kesadaran membaca buku diarahkan sejak dini dengan mengenalkan gambar visual yang berwarna-warni. Berbagai ensiklopedi, buku pengetahuan populer, fiksi, dan biografi tokoh terkenal tak lepas dari santapan mereka di ruang perpustakaan yang nyaman itu.
Nah, belajar dari kepiwaian orang-orang Barat itu, teori suggestopedia perlu ditiru di lingkungan sekolah sebagai center for excellence (pusat mutu). Pemberian reward (penghargaan) kepada pembaca terajin, pengunjung aktif, dan forum minat baca seperti yang dilakukan oleh SMP Negeri 3 Pracimantoro pada setiap akhir tahun pelajaran tentu sangatlah positif. Para siswa terpacu untuk menjadi pribadi yang selalu dekat dengan buku. Secara otomatis penyerapan ilmu pengetahuan akan lebih banyak dirasakan bagi para ‘kutu buku’ ini.
Kembali menyoal masalah kerindangan sekolah, bagi SMP ini sudah dirintis semenjak kepala sekolah pertama, Drs SA Priyono. Semenjak saat itu mulailah dilakukan penanaman pohon-pohon rindang seperti mangga, sawo kecik, glodok, cilicium, palm, mahoni, dan pohon jati untuk di tepi kebun sekolah.
Lima tahun kemudian, lingkungan SMP Negeri 3 Pracimantoro berangsur-angsur menjadi ijo royo-royo (hijau dan rindang). Para siswa merasakan dampak yang lebih baik setelah program penghijauan di sekolah berhasil. Mereka mengaku merasa lebih betah belajar di sekolah dan tidak panas. Setiap jam istirahat mereka bercengkerama di bawah pepohonan yang rindang sembari bersendau gurau. Nah, asyik kan?